Sejarah terbentuknya Kabupaten Ngawi
Peta Wilayah Kabupaten Ngawi |
Banyak cerita di
kabupaten Ngawi yang mengisahkan bagaimana kota ini tersebut. Sejarah tersebut
antara lain “
1.
Sejarah
Negara Jagaraga.
Negara Jagaraga adalah suatu
daerah yang terletak dilereng Gunung Lawu dan disebelah selatan pegunungan
Kendeng. Jagaraga berasal dari kata (jaga=waspada, raga = tubuh). Di dalam buku
Valentijn menyebutkan daerah
Jagaraga (het landschap Jagaraga) dengan kotanya bernama (de staad
Jagaraga), terletak di daerah antara gunung lawu dan Kali Semanggi (sekarang bernama bengawan Solo), sedangkan Dr. NJ.Krom
menyebutkan letak Jagaraga di daerah Madiun.
Nama Jagaraga tersebut dalam
prasasti tembaga Waringin Pitu yang diketemukan di Desa Suradakan ( Kabupaten
Trenggalek ) sekitar tahun 1369 Saka (1474 M). Serta buku Pararaton (terbit
tahun 1613 m). Prasasti tembaga Waringin Pitu dikeluarkan oleh Raja
Widjayaparakramawardhana (Dyah Kerta Wijaya) pada tahun 1369 Saka atau tepatnya
22 November 1474 M.
Prasasti ini menyebutkan
tentang penguasa di Jagaraga (paduka Bhattara ring Jagaraga) bernama
Wijayandudewi sebagai nama penobatan (nama raja bhiseka) atau Wijayaduhita
sebagai nama kecil (Garbhapra Sutinama), seorang puteri yang mengaku keturunan
Raden Wijaya. (Kertarajasa Jayawardhana) pendiri Kerajaan Majapahit, Prasasti
ini juga memuji raja puteri (ratu) Jagaraga dengan deretan kalimat (ansekerta)
yang indah dan menurut terjemahan Mr.Moh.Yamin adalah sebagai berikut :
“Perintah
Sang Prabu diiringi pula oleh Seri Paduka Batara Jagaraga”
v Nan bertingkah laku lemah lembut gemulai
dan utama sesuai dengan kesetiaan kepada suaminya
v Nan dibersihkan kesadaran yang utama dan
tidak bercacat, yang kaki tangannya dihiasi perhiasan utama, yaitu tingkah laku
penuh kebajikan.
v Nan berhati sanubari sesuai dengan
kenangkenangan yang tidak putus-putusnya kepada suami.
2.
Sejarah
Negara Matahun.
Oleh para Sarjana, wilayah di sebelah Barat Jagaraga diseberang
bengawan Sala di perkirakan wilayah kekuasaan Negara Matahun, yang meliputi
daerah atau Desa Tawun yang saat sekarang ini di wilayah Kecamatan Padas,
Kabupaten Ngawi yang terkenal dengan sendang bulusnya.
Menurut prasasti Waringin
Pitu, Raja Matahun bernama Dyah Samara Wijaya yang bergelar Wijayaparakrama,
tetapi menurut Prasasti Kusmala (batu tilis dari Kandangan, Pare, Kediri)
berangkat tahun 1272 Saka atau 1350 M, yang menjadi Raja Matahun adalah Paduka
Bhatara Matahun adalah Sriwijayarajasa nantawikrama tunggadewa, yang dikatakan
telah berhasil membuat sebuah tanggul kokoh kuat dan indah (Rawuhan atita durgga mahalip), sehingga
menyebabkan kegembiraan semua penduduk.
3. Alas Ketangga.
Sebagian masyarakat berpendapat
bahwa, Alas Ketangga sering dikaitkan dengan “Jangka Jayabaya”.
Oleh Dr. J.Brandes dalam karangannya yang berjudul “Lets Over een ouderen
Dipanagara in verband met een prototype van de voorspellingen van Jayabaya”. Dalam karangannya menyebutkan
bahwa sebuah naskah Jawa dimulai dengan kalimat yang berbunyi :
“Punika serat jangka, cariosipun prabu
Jayabaya ing Moneng,
nalika katamuan raja pandita saking Erum, nama Maolana Ngali Samsujen”.
(Ini kitab
ramalan , cerita Raja Jayabaya di Momenang pada waktu menerima tamu raja
pendeta dari Erun, bernama Maolana Ngali Samsujen).
Setelah itu disinggung nama
kitab Musarar (Kitab Hasrar : boek
dergeheimenissen), yang berisi lamaran di seluruh dunia (jangkaning jagad sedaya) dan
diteruskan dengan menyebut nama beberapa orang raja dan kerator dan juga
beberapa ramalan apabila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia anatara lain
sebagai berikut :
“Ada yang bernama Raden Amisan, menobatkan Ratu
Adil, dari tanah Arab, menguasai seluruh dunia, Radem Amisan bernama Sultan Erucakra,
waktu itu berhentilah kekacauan Negara.”
Comments
Post a Comment