REFORMASI GEREJA
A.
Latar Belakang
1. Banyaknya penyimpangan keagamaan diantaranya yaitu:
-
Dilakukannya penyogokan oleh pemuka
agama kepada petinggi gereja agar mereka memperoleh kedudukan sosial keagamaaan
yang tinggi.
-
Paus sebagai bapak suci berperilaku
amoral yang menyangkut hubungannya dengan wanita seperti Alexander VI yang
memiliki delapan anak haram dari hasil hubungannya dengan wanita simpananya.
-
Penjualan surat-surat pengampunan dosa
(indulgensi).
-
Adanya penyimpangan terhadap acara
sakramen suci atau ritus pemujaaan terhadap benda-benda keramat atau
tokoh-tokoh suci yang nantinya akan menimbulkan takhayul dan mitologisasi yang
tidak masuk akal, seperti para pastor yang semata-mata merupakan manusia yang
memiliki sifat yang sama dengan yang lainnya menganggap dirinya keramat.
2.
Korupsi atas nama Negara
3.
Pajak-pajak yang memberatkan karena
ambisi kekuasaan kaum bangsawan lokal.
4.
Kebangkitan nasionalisme di Eropa
5.
Perkembangan kapitalisme dan
krisis-krisis ekonomi dikawasan imperium Roma.
B.
Tujuan
Reformasi
Reformasi
Protestan lahir sebagai sebuah upaya untuk mereformasi Gereja Katolik, diprakarsai oleh umat Katolik
Eropa Barat yang menentang hal-hal yang menurut anggapan mereka adalah
doktrin-doktrin palsu dan malapraktik gerejawi khususnya ajaran dan penjualan indulgensi,
serta simoni, jual-beli
jabatan rohaniwan yang menurut para reformator merupakan bukti kerusakan
sistemik hirarki Gereja,
termasuk Sri Paus.
Para
pendahulu Martin Luther mencakup John
Wycliffe dan Jan Hus, yang
juga mencoba mereformasi Gereja Katolik. Reformasi Protestan berawal pada 31
Oktober 1517, di Wittenberg, Saxonia,
tatkala Martin Luther memakukan Sembilan
Puluh Lima Tesis mengenai Kuasa dan Efikasi Indulgensi pada daun pintu Gereja
Semua Orang Kudus (yang
berfungsi sebagai papan-pengumuman universitas pada masa itu), tesis-tesis
tersebut memperdebatkan dan mengkritisi Gereja dan Sri Paus,
Reformator-reformator lain, seperti Ulrich
Zwingli, segera mengikuti teladan Martin Luther.
C.
Tokoh reformasi gereja
1.
Martin Luther (1483-1546)
Martin Luther |
Awal gerakan reformasi gereja Protestan terjadi di jerman
dengan tokoh utamanya Martin Luther. Mengapa terjadi di Jerman? Menurut Burns
dan Ralph dalam Suhelmi, Ahmad 2001:149-150. Ada beberapa faktor yakni: (1)
jerman yang sekitar abad XV-XVI masih merupakan negara agraris atau negara yang
masih terbelakang jika dibandingkan dengan negara-negara Eropa lainnya. Sektor
Industri perdagangan dan manafaktur belum berkembang seperti di Inggris dan
Italia. Dan Katolisisme yang konservatif paling kuat ada di Negara ini.
Penyembahan terhadap tokoh ataupun benda-benda keramat dianggap kepercayaan
yang wajib di yakini. Penjualan surat-surat pengampunan dosa paling banyak
dijual di Jerman melebihi negara-negara lainnya di Eropa. (2) rakyat Jerman
pada saat itu sebagian besar adalah masyarakat petani yang merupakan kelompok
sosial yang paling menderita akibat adanya kekuasaan gereja katolisisme.
Pajak-pajak yang memberatkan, urusan kepemilikan tanah yang dipersulit oleh
pihak gereja, harta kekayaan yang sering diambil oleh pihak geraja tanpa alasan
yang jelas.
Atas dasar keyakinannya pula Martin Luther menentang
doktrin sakramen suci gereja, pastor sebagai mediator antara manusia dengan Tuhan, penyembahan benda dan tokoh
keramat, karena menimbulkan kepercayaan-kepercayaan yang tidak logis. Ia beranggapan
bahwa, sakramen hanyalah berguna untuk membantu keimanan tetapi sama sekali
bukan alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan. Mitos keajaiban
pastor ditentangnya karena akan mengakibatkan terjadinya manipulasi dan
pembodohan manusia.
Menurut Luther, apabila manusia ingin selamat ia harus
melakukan perbuatan-perbuatan baik yang dianjurkan tuhan, banyak bertobat
(langsung) kepada tuhan tanpa melalui pelantara pastor. Keselamatan bisa diraih
manusia apabila ia bisa mengenyahkan nafsunya, seperti nafsu serakah, nafsu
tamak dan mementingkan diri sendiri. Dalam tulisannya, On Christian Liberty (Suhelmi, Ahmad 2001:151), Luther
menegaskan bila seorang memiliki keimana pasti ia akan melakukan
perbuatan-perbuatan baik.
Doktrin keimanan dan berbuat baik ini merupakan wacana
yang telah mendesakralisasi lembaga imamat. Doktrin-doktrin Martin Luther ini
meruntuhkan mitos-mitos kesucian yang berada dibalik kekuasaan gereja dan
lembaga-lembaga imamat. Luther beranggapan ia telah melakukan Debunking
(meminjam istil;ah peter berger), atau penelanjangan mitos-mitos sosial dan
keagamaan yang melekat pada individu atau lembaga, sehingga nampak sosoknya
yang asli.
Desakralisasi itu menimbulkan tuntutan agar manusia
dianggap sama dihadapan tuhan, sehingga tidaklah ada kelebihan pastor
dibandingkan dengan masyarakat biasa melainkan karena amal perbuatannya.dan
pengikut Luther pun menolak hirarki kependetaan. Selain itu, Luther juga menolak tradisi keagamaan yang
sudah berlangsung ratusan tahun lamanya, yakni hak istimewa pastor dalam
membacakan dan menafsirkan kitab suci. Menurutnya siapa pun pengikut Kristus,
bukan hanya kaum pendeta saja, berhak membaca dan menafsirkan Alkitab. Alkitab
harus terbuka bagi semua orang agar isi kebenarannya diketahui semua orang,
tidak terbatas kaum pendeta saja. Sehingga tidak terjadi monopoli kebenaran
oleh segelintir pemuk agama. Dan protes ini berdampak luas, kebenaran agama
kemudian menjadi bersifat interpretable dan multi-interpretasi. Pastor dan
pemuka agama bukan satu-satunya penafsir kebenaran.
Dengan adanya protes tersebut, lebih jauh lagi para
pengikut Luther menterjemahkan Alkitab yang tadinya berbahasa Latin menjadi
bahasa Jerman, dan mengahpuskan bahasa latin sebagai bahasa Alkitab. Dengan
demikian bangsa Jerman akan secara langsung membaca dan menafsirkan Alkitab. Luther juga telah mengoyahkan sendi-sendi monastisisme
katolik yakni dengan menganjurkan perkawinan bagi para pastor. Karena ia
menyadari banyaknya tindakan tidak terpuji menyangkut hubungan dengan wanita bagi
para pastor. Perkawinan menurutnya bukanlah suatu dosadan merupakan tuntutan
biologis yang patut dipenuhi. Dan meneknkan bahwa perkawinan itu penting. Tokoh
Reformasi ini juga tidak setuju dengan prinsip monastisisme yang menghendaki
pastor hidup terpencil, jauh dari hiruk pikuk demi untuk menyucikan diri.
Kehidupan ekslusif seperti itu bukalah cara yang tepat untuk mensucikan diri
dan mencari jalan keselamatan. Kemudian Luther menawarkan gagasan worldly
ascetism (aksetisme duniawi).
Bukan hanya itu saja, Luther mengkritik dan menentang
doktrin politik gereja katolik Roma. Misalnya menentang doktrin kekuasaan
universal Paus, menurutnya kekuasaan paus tidak universal karena paus juga
harus mengakui kekuasan para pangeran atau penguasa sekuler suatu negra
memiliki prinsip-prinsip kenegaraan yang berdasarkan nasionalisme. Ia juga
menuntut dibedakannya otoritas politik dan otoritas agama, paus dituntut agar
mematuhi dan mangakui otoritas politik penguasa negra dan tidak
mencampur-adukannya dengan otoritas agama. Karena gagasannya itu, Luther
memperoleh dukungan politis dari kalangan penguasa dan bangsawan.
Tuntutan-tuntutan Martin Luther ini terdapat dalam 95 dalil Luther yang ia
pakukan atau tancapkan di pintu gereja sebagai tanda protesnya.
2.
Johannes calvin
(1509-1564)
Johannes Calvin |
John Calvin merupakan tokoh penting lainnya dalam gerakan
reformasi gereja Protestan. Sebagaimana Luther, Calvin juga telah meletakan
dasar-dasar teologis, filosofis dan intelektual yang kokoh bagi keberhasilan
gerakan reformasi Protestan di Eropa. Bedanya adalah pemikiran Calvin lebih
radikal di bandingkan Luther. Luther dianggap agak konservatif. Calvinisme
sangat berpengaruh terhadap perjalanan sejarah Erop modern. Ia merupakan salah
satu fondasi doktrinal terpenting kemajuan peradaban kapitalis Eropa di Abad
modern.3
Tokoh gerakan ini lahir di Noyon, Picardy, Prancis, 1509.
Calvin belajar di Universitas Paris dan mendalami kajian hukum di Orlens,
tempat dimana ia maat dipengaruhi oleh para pengikut Luther. Kemudian pada
tahun 1541 ia mulai aktif sebagai penginjil. Pemikiran Celvin yang kemudian menjadi basis teologis
terpenting Protestantisme adalah adanya gagasan tentang takdir
(predestination). Takdir manusia menurut Calvin telah ditentukan oleh Tuhan.
Siapa pun tidak bisa mengubahnya, bahkan pastor sekalipun. Manusia yang selamat
atau celaka di dunia mana pun di akhirat kelak memang telah ditulis nasibnya
demikian. Nasib manusia sepenuhnya ditentukan oleh ibadah dan Tuhan. Ia tidak
lebih hanya wayang dalam kehidupannya di dunia ini dan tuhanlah yang menjadi
dalangnya.3
Doktrin Calvin ini memiliki kesamaan dengan konsep takdir
Agustinus yang memiliki dasar bahwa semua manusia berdosa akibat kejatuhan dan
dosa adam. Jadi dalam Calvinisme dibenarkan adanya ”dosa warisan”. Menurut
doktrin ini semua manusia telah terkutuk semenjak dilahirkan, namun menurutnya
manusia bisa selamat seandainya ia memperoleh rahmat Tuhan (Grace of God).
Untuk itu manusia dituntut untuk selalu berbuat amal kebajikan, hidup mulia
demi keagungan Tuhan.
D.
Proses terjadinya Reformasi Gereja
Awal
terjadinya reformasi gereja ini muncul atau terjadi di Jerman. Banyak faktor
yang menyebabkan terjadinya reformasi gereja di Jerman yaitu, sekitar abad
15-16 Jerman masih merupakan negara agraris yang terbelakang dibandingkan negara-negara
Eropa lainnya, kuatnya pengaruh katolisme yang bersifat konservatif di Jerman,
banyaknya penjualan surat-surat pengampunan dosa di Jerman melebihi
negara-negara Eropa lainnya, sebagian besar rakyat Jerman yang berprofersi
sebagai petani yang merupakan kelompok sosial yang paling menderita akibat
kekuasaan katolisme salah satunya dengan adanya pajak-pajak yang sangat
memberatkan rakyat.3
Selain
itu juga faktor yang paling mendasari terjadinya reformasi di Jerman adanya
fase transisi ekonomi di Jerman dimana pada waktu itu terjadi proses perubahan
dari masyarakat feodal menuju masyarakat ekonomi profit atau menuju masyarakat
kapitalis. Dari sinilah muncul satu tokoh yaitu Marthin Luther yang dari
pemikiran-pemikirannya itu kemudian terlahir sebuah reformasi gereja yang
nantnya tidak hanya berkembang di Jerman melainkan meluas ke wilayah-wilayah
Eropa lainnya.3
Adapun
pemikiran-pemikiran dari Marthin Luther dalam melakukan protes terhadap
kekuasaan Gereja Khatolik Roma yaitu:
Penolakan
Luther terhadap surat-surat pengampunan doa yang dikeluarkan oleh Paus karena
menurutnya gereja atau pemuka agama tidak memiliki hak untuk memberikan
pengampunan dosa. Tuhan-lah yang memberikan pengampunan itu didasarkan kepada
kepercayaan dan amal sholeh individu selama hidup.
Menurut Luther sakramen hanya digunakan untuk membantu keimanan tetapi bukan
sama sekali alat untuk mencapai rahmat Tuhan dan jalan keselamatan.
E.
Dampak Reformasi Gereja
Dampak
dari adanya Gerakan Reformasi Protestan dibawah Luther dan Calvin adalah: pertama,
dampak sosial dan politik terhadap Eropa dan negara-negara Barat pada umumnya.
Reformasi ini menimbulkan Western Christendom sehingga munculnya negara-negara
nasional kecil tanpa memiliki pusat kekuasaan atau gembala politik seperti
lembaga Kepausan Roma. Menumbuhkan benih-benih demokratisasi politik, kesadaran
individual akan pentingnya hak-hak politik, kebebasan individu. Sehingga
menjadi dasar timbulnya gerakan-gerakan demokratisasi yang dan anti kekuasaan
totaliter dan keberanian rakyat untuk selalu melakukan kontrol terhadap
kekuasaan.20
Kedua, Reformasi juga mengakibatkan terbelahnya agama
Kristen menjadi sekte-sekte kecil; Lutherisme, Calvinisme, Anglicanisme,
Quakerisme, Katholikisme. Meskipun ditinjau dari segi doktrin-doktrin
fundamentalnya sekte-sekte itu tidak memiliki prinsip yang berbeda, tetapi
timbulnya hal tersebut menyebabkan keretakan serius dalam agama kristen. Akibat
adanya sekte-sekte ini, Eropa terbelah secara keagamaan; Jerman Utara dan
negara-negara Skandinavia (Swedia dan Norwegia), menganut Lutheranisme;
Skotlandia, Belanda, Switzerland dan Prancis menganut Calvinisme dan
negara-negara Eropa lainnya seperti Spanyol dan Italia menganut Katolisisme
(Ortodoks).
Comments
Post a Comment