Organisasi Konferensi Islam (OKI)
Latar Belakang
Pembakaran
mesjid Al Aqsa tersebut menimbulkan reaksi dari pemimpin negara arab khususnya
Raja Hasan II dari Maroko, menyerukan para pemimpin negara-negara arab dan umat
Islam agar bersama-sama menuntut Israel bertanggungjawab atas pembakaran mesjid
Al Aqsa tersebut Seruan Raja Hasan II dari Maroko mendapat sambutan dari Raja
Faisal dari Arab Saudi dan Liga Arab, yang langsung ditindaklanjuti dengan
pertemuan para duta besar dan menteri luar negeri liga arab pada tanggal 22-26
Agustus 1969 yang berhasil memutuskan :
-
Tindakan
Pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel merupakan suatu kejahatan yang tidak
dapat diterima.
-
Tindakan
Israel tesebut merongrong kesucian umat Islam dan Nasrani serta mengancam
keamanan Arab.
-
Mendesak
agar segera dilakukan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam.
Untuk
merealisasikan hasil-hasil pertemuan diatas kemudian dibentuklah panitia
penyelenggara KTT Negara-negara Islam oleh Arab Saudi dan Maroko berangotakan;
Malaysia, Palestina, Somali dan Nigeria, dan pada tanggal 22-25 September 1969
dilangsungkan Konfrensi Tingkat Tinggi negara-negara Islam dihadiri 28 negara
dan menghasilkan beberapa keputusan penting diantaranya :
1. Mengutuk pembakaran mesjid Al Aqsa oleh Israel
2. Menuntut pengembalian kota Yerusalem sebagaimana sebelum
perang tahun 1967.
3. Menuntut Israel untuk menarik pasukannya dari seluruh
wilayah arab.
4. Menetapkan pertemuan menteri luar negeri di Jeddah Arab
Saudi pada bulan Maret 1970.
Tujuan OKI
1. Memelihara dan
meningkatkan solidaritas diantara negara-negara anggota dalam bidang ekonomi,
sosial, budaya, ilmu pengetahuan politik dan pertahanan keamanan.
2. Mengkoordinasikan usaha-usaha untuk melindungi
tempat-tempat suci.
3. Membantu dan bekerjasama dalam memperjuangkan kemerdekaan
rakyat Palestina.
4. Berupaya melenyapkan perbedaan rasial, diskriminasi,
kolonialisme dalam segala bentuk.
5. Memperkuat perjuangan umat Islam dalam melindungi
martabat umat, dan hak masing-masing negara Islam.
6. Menciptakan hubungan kerjasama yang harmonis, saling
pengertian antar negara OKI dan Negara-negara lain.
Kegiatan OKI.
1. Meminimalisasi perbedaan orientasi politik diantara
negara anggota OKI
2. Mengubah dan menghapuskan salah penafsiran dunia Barat
terhadap Islam yang selalu negatif, seperti mengaitkan Islam, dengan kegiatan
Fundamentalis, Terorisme, dan kekerasan lainya.
3. Meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan serta Solidaritas
antar Anggota OKI.
4. Meningkatkan Kerjasama dalam berbagai bidang untuk
kemajuan dan kesejahteraan rakyat seluruh negara anggota OKI.
5. Mengupayakan
terus-menerus agar kemerdekaan dan kedaulatan rakyat Pelestina.
Peranan Indonesia dalam OKI
Dalam bidang
politik peran Indonesia cukup diperhitungkan. Dalam KU OKI 1981 di Thaif, Arab
Saudi, Indonesia mengajukan resolusi solidaritas Islam resolusi ini menjadi
dasar bagi pembentukan komite pertahanan Islam
Indonesia
ikut menyelesaikan masalah Moro di Filipina dan mendukung Banglades sebagai
negara Islam.
Pada tahun
1988 dalam konferensi menteri-menteri penerangan OKI, Indonesia memprakarsai
gagasan perlunya membentuk Tata Informasi Baru Dunia Islam.
Peran Indonesia dalam OKI lainnya adalah ketika Indonesia
menjadi tuan rumah pertemuan Konferensi Tingkat Menteri (KTM) OKI tanggal 9—13
Desember 1996.
Comments
Post a Comment